Iklan Melayang

4 Tradisi Kearifan Lokal Dan Festival Tahunan Paling Ramai Di Kabupaten Magetan


Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Secara etimologi, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan lain untuk kearifan lokal diantaranya adalah kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local genious). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kearifan berarti kebijaksanaan, kecendekiaan sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam berinteraksi. Kata lokal, yang berarti tempat atau pada suatu tempat atau pada suatu tempat tumbuh, terdapat, hidup sesuatu yang mungkin berbeda dengan tempat lain atau terdapat di suatu tempat yang bernilai yang mungkin berlaku setempat atau mungkin juga berlaku universal.

Magetan merupakan kota kecil yang asri terletak di bagian paling barat dari propinsi Jawa Timur. Kabupaten Magetan berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.
Gunung lawu menjadi ikon dan kebanggaan kabupaten Magetan yang mana gunung ini menjadi penopang  besar dalam pertumbuhan ekonomi masyarakatnya khususnya di bidang pariwisata. Kabupaten Magetan memiliki segudang tradisi yang masih lestari hingga sekarang. 4 diantaranya merupakan yang paling ramai dan ditunggu-tunggu. 
Apa saja tradisi itu?
1.  Larung Sesaji 
Setiap bulan Sya’ban/Ruwah tepatnya hari Jumat pon sampai Minggu kliwon penanggalan jawa, ritual larung sesaji selalu dilaksanakan setiap tahunnya di kabupaten Magetan. Ritual larung sesaji ini dilaksanakan di telaga sarangan yang merupakan obyek wisata paling populer di Magetan. Tradisi adat ini dimulai dengan melakukan upacara-upacara tradisional. Seperti membakar dupa dan meletakkan sesaji di bawah pohon besar yang dipercaya sebagai pohon keramat bagi warga sekitar. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan tari reog dan barongsai. Dalam upacara ini, kepala kelurahan dan istrinya diikut sertakan dengan menjadikan mereka seorang raja dan ratu yang menunggangi kereta kuda. Hal menarik lainnya adalah adanya sebuah tumpeng raksasa setinggi 2,5 meter  yang menjadi barang paling sakral dan paling  menarik perhatian penonton yang hadir. Tumpeng raksasa ini disebut Tumpeng Gono Bahu oleh warga sekitar. Kirab tumpeng dilakukan dengan mengiring tumpeng dari Kelurahan Sarangan menuju panggung di pinggir telaga. Iring-iringan kirab diawali dengan rombongan Drum Band, barisan Putri Domas, Prajurit, pasukan berkuda, sesaji hasil bumi, kemudian Tumpeng Gono Bahu. Tumpeng diarak mengelilingi telaga. Kemudian para pejabat Kelurahan, pejabat Kabupaten,dan sesepuh desa meletakkan berbagai sesaji yang tadi diarak keliling telaga ke sebuah punden, yaitu sebuah pulau kecil yang terdapat di tengah-tengah telaga. Sebagai prosesi terakhir dari upacara adat ini adalah melarungkan Tumpeng raksasa Gono Bahu ke dalam Telaga Sarangan. Tradisi ini dimaksudkan agar masyarakat sarangan terhidar dari segala musibah, serta kehidupan masyarakatnya yang lebih baik. 

Hasil gambar untuk tradisi magetan.go.id2. Festival Ledhug Suro
Menyambut tahun baru Islam, pemerintah kabupaten Magetan tiap tahunnya menggelar Festival Ledhug Suro. Ledhug merupakan kesenian musik tradisional khas kota Magetan. Instrumen utama ledhug ini terdiri dari lesung dan bedhug yang mempunyai filosofi perpaduan antara budaya tradisional Jawa dengan budaya Islam. Lesung mewakili budaya Jawa,yaitu sebagai alat untuk menumbuk padi. Bedhug merupakan alat untuk memanggil orang-orang untuk menjalankan sholat lima waktu, biasanya ditabuh ketika Adzan akan dikumandangkan.  Perpaduan bunyi yang dihasilkan dari bunyi lesung yang dipukul-pukul oleh alu, dan tabuhan dari bedhug menghasilkan bunyi yang berirama dan unik. Fesvifal ini biasanya dilaksanakan di alun-alun kota Magetan dan dijadikan ajang perlombaan. Peserta yang ikut berasal dari kalangan pelajar SMA yang ada di kabupaten Magetan. Selain itu ada beberapa kelompok masyarakat umum yang mengikuti. Mereka menyajikan tampilan musik  yang berasal dari lesung dan bedhug tersebut dengan berbagai kreasi. Peralatan musiknya tidak hanya lesung dan bedhug saja, namun dikolaborasikan dengan peralatan musik lain baik tradisional maupun modern. 

3. Andum Berkah Bolu Rahayu 
Masih dalam serangkaian acara menyambut bulan Suro/Muharram, ribuan masyarakat kabupaten Magetan biasanya berkumpul di alun-alun untuk berebut bolu rahayu. Bolu rahayu ini merupakan kue khas magetan yang berbentuk seperti telur, rasanya manis dan teksturnya empuk. Rebutan berkah roti bolu rahayu ini merupakan puncak acara dari perayaan tradisi Ledug Suro yang digelar Pemerintah Kabupaten Magetan setiap satu tahun sekali menjelang tahun baru Islam.Sebelum diperebutkan, bolu rahayu yang ditata sesuai bentuk lesung dan bedug masjid ini dikirab dari pendopo kantor Bupati Magetan menuju Alun-Alun Magetan. 

4. Tradisi Joget Ikan 
Tepatnya di desa Simbatan kabupaten Magetan, tradisi joget ikan ini dilakukan setahun sekali di komplek candi petirtaan Dewi Sri Simbatan. Tradisi ini biasa dilakukan tanggal 15 bulan Muharram. Dalam tradisi tahunan pembersihan sendang Petirtaan Dewi Sri tersebut digelar Joget Ikan.  Konon sekelompok Ikan Gabus dan Lele yang ada di sendang tersebut merupakan jilmaan teman/pengikut Dewi Sri. Ikan-ikan ini dipegang oleh sejumlah penari dengan diiringi musik gamelan, sehingga dinamakan joget ikan. Tradisi ini dimulai dari pengurasan candi petirtaan Dewi Sri. Petirtaan itu dibangun sekitar abad sembilan jaman Kerajaan Hindu Mataram. Disana terdapat patung Dewi Sri atau sebutan lain Dewi Padi. Sumber

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "4 Tradisi Kearifan Lokal Dan Festival Tahunan Paling Ramai Di Kabupaten Magetan"

Posting Komentar

close